Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester telah lama diterapkan di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Dalam sistem ini digunakan satuan kredit semester (SKS) sebagai ukuran yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa, besarnya pernyataan atas keberhasilan usaha kumulatif bagi program tertentu, serta ukuran untuk beban penyelenggaraan pendidikan. Bagi mahasiswa, satu SKS dengan metode kuliah meliputi tiga kegiatan per minggu selama satu semester, meliputi:
- kegiatan tatap muka terjadwal dengan dosen selama 50 menit,
- kegiatan akademik terstruktur selama 60 menit dan
- kegiatan belajar mandiri selama 60 menit.
Tetapi, pada prakteknya hanya kegiatan tatap muka saja yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Kegiatan akademik terstruktur kadang-kadang diberikan oleh dosen, tetapi tidak selalu. Sedangkan kegiatan belajar mandiri hampir tidak dilaksanakan oleh mahasiswa. Akibatnya sistem ini kurang efektif dalam meningkatkan prestasi mahasiswa. Selain itu sistem pebelajaran ini kurang dapat meningkatkan soft skill mahasiswa.Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi adalah mahasiswa pasif dalam mempelajari materi pembelajaran.
Ada dua penyebab pasifnya mahasiswa dalam perkuliahan;
- cara penyampaian materi oleh dosen yang tidak melibatkan mahasiswa; sehingga mahasiswa hanya menjadi pendengar, dan/atau
- karena mahasiswa tidak siap untuk menerima bahan pembelajaran. Kondisi ini tentu kurang menguntungkan dalam proses pembelajaran, karena seharusnya mahasiswa mempunyai peran aktif.
Karena itu diperlukan suatu cara agar mahasiswa menjalankan ketiga kegiatan ini untuk meningkatkan prestasi dan soft skill mahasiswa itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah Cara Belajar Mahasiswa Aktif atau Student Centered Learning (SCL).
Dengan SCL mahasiswa akan bekerja dengan berbagai aktifitas dalam mempelajari bahan pembelajaran. Mahasiswa akan terlatih dan tertanam untuk mempunyai tanggungjawab yang lebih besar dan terbiasa dengan proses pembelajaran.
Tujuan dan manfaat SCL ini antara lain:
- Meningkatkan prestasi serta kemampuan mahasiswa dalam mengikuti setiap mata kuliah yang diikuti.
- Meningkatkan peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
- Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri agar dapat mempelajari hal-hal lebih lanjut secara mandiri sehingga mahasiswa menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learners).
- Meningkatkan soft skill mahasiswa, yang meliputi:
- Kemauan untuk bekerja keras, tidak sekedar pasif dalam belajar;
- Kemampuan bekerja mandiri, karena peran dosen hanya sebagai tutor, mahasiswa dituntut belajar mandiri berdasarkan arahan yang diberikan;
- Kemampuan bekerja dalam tim, karena kerjasama tim sangat menentukan nilai akhir masing-masing individu anggota kelompok;
- Kemampuan bekerja dalam tekanan;
- Kemampuan berpikir analitis, dalam praktikum mahasiswa akan membuat analisis-analisis penting dalam membangun suatu ide kreatif ataupun dalam membangun suatu usaha;
- Kemampuan mahasiswa berdiskusi secara logis dan bertanggung jawab (memformulasikan pertanyaan yang berkualitas tentang suatu subyek, menjawab pertanyaan menggunakan berbagai metode, mengungkapkan pendapat dan berargumentasi secara logis, kejujuran dalam menilai jawaban atas pertanyaan sendiri maupun pertanyaan kawan, kemampuan untuk menerima dan mengelola perbedaan pendapat);
- Kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Metode
Proses pembelajaran sudah saatnya bergeser dari mentransfer ilmu menjadi mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Mahasiswa harus diberi cukup waktu dan bimbingan untuk memecahkan masalah-masalah pertanian mulai dari pemuliaan, perbenihan, teknik budidaya yang efisien, pemeliharaan yang efektif dan penanganan pasca panen, serta mendistribusikannya kepada konsumen secara tepat waktu dan tetap berkualitas. Untuk itu strategi pembelajaran harus runtut dan sistematis mengacu kepada proses pembelajaran berbasis SCL.
Pada dasarnya proses pembelajaran harus mengedepankan keaktifan mahasiswa, dimana mahasiswa menjadi subjek utama pembelajar yang dirangsang aktif dalam mengkonstruksikan ilmu pertanian melalui berbagai metode pembelajaran dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menumbuhkan cinta pada profesi pertanian melalui praktek-praktek yang menyenangkan. Dosen sebagai fasilitator dituntut kreatif untuk menciptakan suasana pembelajaran, responsif terhadap isu aktual, mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan menciptakan alat bantu pembelajaran yang efisien dan efektif.
Beragam metode pembelajaran untuk SCL yang dapat diterapkan dalam proses perkuliahan, di antaranya :
- Small Group Discussion
- Role-Play dan Simulasi
- Discovery Learning (DL)
- Self Direct Learning (SDL)
- Cooperative Learning (CL)
- Collaborative Learning (CbL)
- Contextual Intsruction (CI)
- Project Based Learning (PBL)
- Problem-Based Learning/ Inquiry (PBL/I)